Menghadapi normal baru pasca Covid-19? Are you ready?
Berbeda dengan lagu Didi Kempot yang bergenre Campur Sari, - di mana sebelumnya perasaan seseorang ambyar karena patah hati, - namun Didi Kempot mampu membuat anak muda generasi milenial, juga mereka yang merasa muda, walaupun patah hati tetap bisa bergoyang dan berdendang meskipun hati remuk redam karena kecewa berat setelah diputus tali cintanya oleh seseorang yang selama ini mengisi relung hati yang paling dalam.
Akibatnya perasaan pun jadi Ambyar. Namun Didi Kempot sanggup membuat mereka tetap bisa bersenandung di kala sepi atau ikut berjoged menyaksikan konser sang Maestro yang memang pantas disebut sebagai Godfather of The Brokenheart. Barangkali itulah a new normal ala Didi Kempot.
Namun, perasaan manusia adalah berbeda ketika menghadapi Covid-19 atau virus Corona, tidak semua mampu menghadapi dengan hati teguh, begitu pula pemerintahan di berbagai negara yang diserang oleh pandemi global ini, bahkan negara super power sekalipun, ternyata mereka glagapan dan ambyar.
New normal after Covid-19? (en.tempo.co) |
Di tengah suasana ambyar itu ternyata masih ada jutaan orang yang mampu mengendalikan perasaan ambyarnya itu, dan mereka menemukan cara cerdas untuk menjalani suasana stay at home atau working from home secara kreatif. Ujung-ujungnya bukan hanya peluang untuk mendapatkan duit yang mereka peroleh untuk menambah ongkos stay at home, bahkan mereka yang terdampak secara ekonomi yang sebelumnya ngeyel setelah perasaan mereka diaduk-aduk sang Corona, akhirnya menemukan kehidupan baru dan mulai menerima sebuah cara baru untuk menghadapi kegentingan yang memaksa itu. Mungkin inilah yang disebut normal baru yang belakangan ini heboh.
Karena itulah masuk akal jika Rudi S. Kamri, Chairman dari di RdS Institute yang berbasis di Jakarta ini, memberikan sebuah perspektif unik tentang normal baru ini. Dengan kaca matanya sebagai pemerhati politik dan punya kepedulian pada sosial dan budaya di negeri ini, barangkali para pembaca bisa melihat hal yang lebih baru dari Rudi S. Kamri tentang apa yang dimaksud dengan normal baru ini.
Apakah normal baru itu aneh?
Mendingan kita simak saja tulisan Rudi ini supaya lebih terang benderang.
Mempersiapkan Tata Hidup Normal Baru
Pasca Covid-19
Oleh:
Rudi S Kamri
Harus diakui terjadinya pandemi Covid-19 telah mengubah
pola hidup manusia di bumi. Hadirnya virus corona telah memaksa manusia di
planet ini untuk berubah secara drastis kebiasaan hidup sehari-hari. Pandemi
Covid-19 juga memaksa manusia membangun persepsi baru dalam berinteraksi dengan
manusia lain, termasuk terhadap lingkungan.
Dengan mempertimbangkan bahwa virus corona tidak mungkin
dihilangkan secara tuntas dalam waktu yang cukup singkat, maka satu-satunya
jalan adalah kita harus berdamai dengan keberadaan virus corona di
tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. Menerima dengan ikhlas keberadaan
corona dalam kehidupan kita sekaligus tetap menjaga kewaspadaan, memaksa kita
harus membangun tata kehidupan normal baru (the new normal life) sekarang dan kurun
waktu ke depan.
Apa yang dimaksud dengan 'kehidupan normal baru'?
Apakah Rudi S. Kamri akan tetap jaga jarak jika ketemu lagi dengan Cilla aktivis Budaya Nusantara setelah badai Covid-19 berlalu? Inikah new normal? (New Inspiration Channel) |
Kehidupan normal baru adalah tata laksana dan pola hidup
yang diselaraskan dengan ancaman yang berpotensi menyerang kita dan keluarga
serta lingkungan kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, sebelum Covid-19
hadir kita jarang menggunakan masker atau sarung tangan saat kita keluar rumah,
padahal kita sudah tahu berbagai virus bertebaran di udara di sekeliling kita.
Ke depan, selayaknya kita tetap membangun kebiasaan baru dengan tetap disiplin
menggunakan masker dan sarung tangan saat kita keluar rumah.
Demikian pula kebiasaan pola hidup sehat seperti berjemur
sinar matahari pagi dan berolahraga serta mencuci tangan sesering mungkin. Hal
itu harus menjadi pola hidup baru yang harus kita lakukan sehari-hari. Demikian
pula dengan interaksi sosial kita dengan orang lain. Pandemi Covid-19 juga
secara tidak sengaja telah mengajarkan kepada kita bahwa berinteraksi dengan
orang lain untuk keperluan sosial maupun bisnis bisa kita lakukan secara
virtual melalui berbagai aplikasi yang ada. Tidak perlu bertatap muka secara
langsung. Dan ternyata hasilnya pun bisa optimal.
Tata laksana pola hidup baru yang penuh kewaspadaan
secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran kita sehari-hari. Kegiatan
'rendevouz' yang tidak terlalu penting, harus mulai kita hindari dan bisa kita
ganti dengan cara meeting virtual. Saat ini prasarana dan infrastruktur
teknologi juga mendukung kita dalam membangunkan kehidupan sosial baru.
Secara ekonomi dan bisnis, para pelaku usaha dalam
berbagai level harus juga menyesuaikan diri. Bisnis dengan cara pesan antar
(online) akan menjadi pilihan strategis dalam situasi kehidupan normal baru
masyarakat ke depan. Produsen dan pelaku usaha mau tidak mau harus menyesuaikan
diri dengan tata laksana kehidupan masyarakat yang baru. Bagi yang kaku dan
tidak mau berubah secara alami agak tergerus oleh keadaan.
Secara kenegaraan dan politik tata kehidupan baru dari
masyarakat juga membawa banyak perubahan. Kebijakan negara harus bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan persepsi baru dalam masyarakat. Demikian
pula dalam hal politis, sebagai contoh tata kehidupan normal baru akan
berdampak masyarakat akan enggan diminta berkerumun dalam skala besar. Hanya
elite partai politik yang cerdas yang bisa mengambil keuntungan dari perubahan
yang terjadi.
Secara singkat kehidupan normal baru akan membawa banyak
perubahan. Tapi merupakan perubahan yang positif. Kemauan dan kemampuan kita
dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baru akan menentukan apakah kita bisa
'survive' atau tidak dalam menjalani kehidupan kita ke depan. Di sisi lain,
apabila masyarakat dunia termasuk Indonesia sukses membangun peradaban baru,
alam semesta pun akan merespons dengan lebih kondusif.
Kehidupan normal baru adalah satu-satunya pilihan yang
harus kita ambil. Seperti halnya telepon genggam, selain membuang file-file
memori kehidupan yang tidak perlu, manusia pun perlu mere-start tata
kehidupannya agar bisa berfungsi lebih cepat dan lebih optimal. Kalau tidak,
dia akan hidup dengan lemot atau lambat dan ujungnya akan "shut down"
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Welcome to The New Normal Life !!!
Salam SATU Indonesia
Rudi S. Kamri
12052020
Comments
Post a Comment