Rupiah kembali perkasa di tengah dahsyatnya Covid-19 di negeri Donald Trump
Dolar Kebangetan Perkasanya! Rupiah Terlemah Kedua di Asia...
Begitu judul berita cnbcindonesia.com pada 9 April 2020 yang lalu. Dua hari kemudian, laman kontan.id melaporkan bahwa Kurs rupiah makin menunjukkan tenaganya pekan ini. Kamis
(9/4), kurs rupiah menutup perdagangan dengan gemilang, dengan penguatan 2,27%
dari hari sebelumnya ke Rp 15.880 per dollar Amerika Serikat (AS).
Donald Trump mendengarkan penjelasan Jokowi pada KTT G-20 di
Ruang Pertemuan Bilateral Hambug Messe Und Congress, 8 Juli 2017 (idntimes.com)
|
Ketika wabah global Covid-19 alias virus Corona menguat di kawasan Asia Tenggara, terutama di Singapura, Malaysia dan Indonesia, dimana tetangga NKRI melakukan lock down, mata uang RI sempat menembus kurs begitu tinggi, di 16 ribu rupiah. Sehingga ada pengamat mengira terjadi kegilaan mata uang seperti pada krisis 1998 yang dibarengi dengan proses kejatuhan pemerintahan Orde Baru atau identik dengan Presiden Suharto.
Para warganet juga ada yang mengamini pendapat para pengamat itu. Dengan berbagai kebijakan yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi dengan cara pandang "agak" berbeda daripada para pemimpin negara lainnya, dimana wabah global bernama Covid-19 ini juga menyerang Indonesia, Presiden Jokowi memilih kebijakan untuk memberi "vitamin" pada perekonomian Indonesia akibat tamparan badai Corona ini.
Berbagai kebijakan fiskal, stimulus ekonomi, bahkan memberikan keleluasaan kepada warga yang memiliki profesi tertentu yang berpenghasilan secara harian supaya bisa mendapat keringanan pelunasan hutang kredit sepeda motornya, misalnya para pengemudi ojek online (ojol), meskipun belum tersosialisasi dengan baik di kalangan perusahaan pembiayaan (leasing) atau perbankan.
Sampai akhirnya Presiden Jokowi menyiapkan dana darurat lebih dari 405 Triliun Rupiah untuk mengatasi dampak Covid-19, baik di bidang kesehatan maupun paket lain yang menyentuh sektor lain, terutama yang berkaitan dengan warga menengah ke bawah.
Sebagaimana dilaporkan situs medcom.id (4 Aril 1010) bahwa upaya Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden
Joko Widodo dalam menangani dampak ekonomi dan sosial terkait COVID-19
mendapatkan apresiasi dari Managing Director IMF, Kristalina Georgieva.
"Kami melihat Indonesia mengambil kebijakan signifikan
dan tepat sasaran untuk mendukung perekonomian," ungkap Georgieva saat mengikuti briefing Direktur Jenderal WHO kepada awak media di Jenewa pada Jumat, 3 April
2020.
Para pembaca tentu masih ingat bahwa Presiden Jokowi juga menolak dilakukan lock down di Indonesia. Wacana lock down ini diusulkan oleh elite politik, pengamat, bahkan warganet di media sosial, termasuk sempat diusulkan oleh Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta.
Presiden Jokowi menolak usulan lock down itu dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Pelaksanaan PSBB disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan persetujuan pemerintah Pusat. Sebelumnya Presiden yang hobi naik sepeda motor di saat blusukan ini juga mengingatkan para kepala daerah bahwa wewenang lock down ada di tangan pemerintah pusat atau Presiden.
Seperti diketahui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sampai harus mendatangi Balai Kota di mana Anies Baswedan berkantor - secara khusus Anies diberi pemaparan untuk menegaskan kembali bahwa status lock down merupakan kewenangan Presiden.
Ketika Tito Karnavian ingatkan Anies Baswedan untuk koordinasi dengan pemerintah pusat terkait pencegahan dan penanganan wabah virus Corona (medan.tribunnews.com) |
Kondisi Indonesia memang berbeda dengan negara-negara lain, lock down bukan pilihan terbaik. Ekonomi harus tetap bergulir, misalnya distribusi barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok seperti beras, sayuran, daging dan sebagainya apalagi bulan Ramadhan sudah dekat.
Jika Kita bisa melihat dengan jernih bagaimana Presiden Jokowi dan Presiden Donald Trump dalam merespon wabah Covid-19 serta apa kebijakan yang dibuat seorang pemimpin dunia dalam mengatasi dampak virus Corona ternyata bukan hanya dari sisi kesehatan serta keselamatan jiwa warganya, melainkan juga kelangsungan kehidupan masyarakat masing-masing secara ekonomi dan sosial, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang atau pasca berlalunya badai Corona.
Himbauan pemerintah untuk stay at home, working from home begitu pula social distancing yang dibuktikan dengan physical distancing termasuk rajin cuci tangan dan mengenakan masker kain saat ke luar rumah adalah upaya terbaik yang bisa dilakukan oleh warga +62 ini untuk mencegah meluasnya virus Corona ini, sekaligus menjadi bagian aksi untuk menjaga rupiah tetap perkasa, sehingga ekonomi bisa cepat pulih ketika badai Covid-19 berlalu dari muka bumi.
Comments
Post a Comment