Menjaga Indonesia Bebas Dari The New Normal Post Truth. Kenapa?


Indonesia akan memasuki new normal setelah beberapa bulan stay at home dan working from home. Ini merupakan fase penting yang hari ini, 26 Mei 2020 telah dimulai oleh Presiden Joko Widodo. Beberapa objek vital telah diinspeksi oleh Presiden Jokowi. 
Jokowi, Presiden Jokowi, Joko Widodo, Gus Dur, Soeharto, Habibie, Indonesia, post truth, hoax, Pilpres 2024, Rudi S Kamri, Covid-19,
Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Idham Aziz saat meninjau Stasiun MRT di Jakarta (nasional.kompas.com)
Beberapa negara memang telah melakukan relaksasi setelah sekian lama diterapkannya lockdown atau peraturan serupa seperti Indonesia yang menerapkan PSBB. Mulai 1 Juni 2020, Jepang untuk pertama kalinya akan membuka kembali pusat perbelanjaan setelah sekian lama lockdown. Presiden Jokowi juga melakukan ini supaya ekonomi kembali bergulir namun dengan sistem disipilin yang ketat yang sesuai dengan protokol kesehatan.
Jokowi, Presiden Jokowi, Joko Widodo, Gus Dur, Soeharto, Habibie, Indonesia, post truth, hoax, Pilpres 2024, Rudi S Kamri, Covid-19,
Rudi S. Kamri, penulis & Chairman RdS Institute, Jakarta (dok.Istimewa)
Itulah berita hari ini, 26 Mei 2020 yang telah tersiar di televisi nasional. Namun, Rudi S. Kamri melihat hal berbeda dari new normal ini. Sebagai pemerhati politik terkenal, yang juga punya kepedulian pada masalah sosial dan budaya, kali ini Rudi yang juga Chairman dari RdS Institute akan memaparkan sesuatu yang sangat krusial, sehingga penting untuk disimak lebih lanjut sampai tuntas. 

Menjaga Jokowi, Menjaga Indonesia

Oleh:

Rudi S Kamri

Sudahkah kita semua menyadari bahwa kehadiran Presiden Jokowi adalah takdir sejarah bagi bangsa Indonesia? Terpilihnya sosok Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia bahkan untuk masa jabatan dua periode tidak mungkin terjadi tanpa campur tangan dan kehendak Tuhan atas bangsa Indonesia.

Kalau ada orang, kelompok orang atau siapapun punya pemikiran untuk berniat mengganggu atau bahkan merencanakan menurunkan Presiden Jokowi sebelum masa jabatan kepresidenan berakhir, harus kita maknai bahwa mereka sedang melawan takdir Tuhan atas Indonesia. Mereka harus kita lawan dengan keras, bukan sekedar untuk melindungi Presiden Jokowi tapi melindungi negeri ini dari ulah para petualang politik yang hendak mengacaukan marwah demokrasi dan sistem kenegaraan Indonesia.

Mengapa saya mengingatkan hal ini?

Karena saya melihat akhir-akhir ini ada indikasi kuat beberapa kelompok yang melakukan distorsi atas kerja keras Presiden Jokowi atas Indonesia. Ada mantan petinggi negara papan atas ambisius yang nyinyir dan usil yang menarasikan "asal beda dengan Jokowi". Setiap kebijakan Pemerintah Jokowi selalu dilawan. Pokoknya asal beda. Ada kelompok lain yang terindikasi dimotori mantan penguasa negeri yang tidak tahu diri, mereka menggunakan media kelompoknya untuk membuat berita yang berjudul melenceng untuk menciptakan "the new normal post truth". 

Mereka sengaja membuat judul berita keliru atau menyesatkan baru diralat kemudian. Padahal berita yang salah sudah terlanjur menyebar liar. Ada kelompok yang menggunakan kekuatan Islam garis keras sedang berhalusinasi menakut-nakuti masyarakat tentang ancaman palsu hantu komunisme.

Mereka sejatinya tidak cinta Indonesia. Mereka hanya berambisi terhadap kekuasaan dan menguasai aset negara. Kalau mereka mencintai negeri ini tidak mungkin mereka sengaja menciptakan kegaduhan yang berulang-ulang. Mereka (baca: mantan penguasa) tidak punya kapasitas diri sebagai guru bangsa atau negarawan.

Kenegarawanan mereka tidak selevel dengan BJ Habibie, Gus Dur, Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umat Wirahadikusuma, Soedarmono, Tri Sutrisno atau Hamzah Haz. Tokoh-tokoh tersebut setelah tidak lagi jadi pejabat tinggi negara tidak pernah sekalipun mengganggu Pemerintah atau Presiden yang sedang berkuasa. Bahkan mantan Presiden Soeharto (baca: hanya Soeharto, bukan anak-anaknya) yang otoriter pun, pasca tidak lagi menjadi Presiden, tidak pernah sekalipun mengganggu Presiden setelahnya.

Jokowi bukan manusia sempurna. Banyak ketidaksempurnaan seperti manusia lain pada umumnya. Khususnya pada kejelian Presiden Jokowi dalam memilih para anggota kabinet di periode kedua ini. Tapi hal ini tidak bisa menjadi alasan atau pembenaran untuk menyerang Presiden Jokowi dengan membabi buta. Memberi saran dan kritikan wajib kita lakukan tapi bukan bertujuan menjatuhkan kredibilitas Presiden Jokowi.

Kita masyarakat Indonesia harus melawan setiap upaya apapun dan oleh siapapun untuk menurunkan Presiden secara inkonstitusional. Karena hal itu akan menghabiskan energi bangsa untuk pekerjaan yang sia-sia. Rakyat jangan pernah mau dimanipulasi oleh kelompok destruktif yang sebenarnya hanya ingin memuaskan nafsu syahwat berkuasa mereka. Harusnya mereka menunggu tahun 2024 saat kontestasi kekuasaan diadakan secara resmi.

Untuk menjaga sejarah Indonesia yang lurus bagi anak cucu kita kelak dan untuk menjaga kehendak Tuhan atas Indonesia, kita harus harus menjaga Presiden Jokowi menyelesaikan tugasnya sampai tahun Oktober 2024 nanti. Salah satu caranya adalah meluruskan berita palsu dan sesat, melawan keras agitasi Post Truth dari kelompok konspirasi yang tidak sabar untuk berkuasa. Karena tujuan mereka jelas BUKAN untuk kemakmuran rakyat Indonesia tapi hanya kedok untuk menguasai aset negara.

Indonesia tidak boleh tumbang oleh kelakuan para pecundang !!!

Salam SATU Indonesia

26052020

#GerakanJagaIndonesia
#JagaJokowiJagaIndonesia

Comments

Popular posts from this blog

Rupiah kembali perkasa di tengah dahsyatnya Covid-19 di negeri Donald Trump

Job Vacancy as a Barista

Anies Baswedan Menyebarkan Post Truth? Di Mana Juru Bicara Negara?

Information